TEORI
SUPERVISI PENDIDIKAN DAN JENIS-JENIS SUPERVISI
A. Pendahuluan
Pendidikan
merupakan suatu proses yang diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap,
menyeluruh dan jelas agar bisa mencapai tujuan pendidikan Negara kita,
Indonesia. Pendidikan juga merupakan bagian penting dari pembangunan maka sudah
barang tentu penyelenggaraannya harus diarahkan pada pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas yakni yang cerdas kehidupannya.
Melalui pendidikan
pemerintah berupaya mencerdaskan kehidupan bangsanya dengan pembelajaran di
sekolah. Peran guru sangat signifikan dimana perannya sebagai pendidik,
pembina, fasilitator belajar bagi siswa. Maka seorang guru harus benar-benar
bekerja keras agar mencapai tujuan yang diharapkan karena mengemban tanggung
jawab yang besar.
Dalam
konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupakan
bagian dari proses administrasi dan menejemen. Kegiatan supervisi melengkapi
fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu
penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan
memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
dengan jumlah yang lebih baik dari pada jika dikerjakan sendiri. Supervisi
mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi
bersangkut paut dengan semua upaya penilitian yang tertuju pada semua aspek
yang merupakan faktor penentu keberhasilan.
Supervisi
pendidikan merupakan suatu upaya yang bisa dilakukan oleh supervisor (gurunya
guru) untuk mengoptimalkan tanggung jawab dari program yang dilakukan guru.
Para ahli banyak mendefinisikan dan membuat teori tentang supervisi pendidikan.
Maka dalam makalah ini pemakalah akan membahasa teori supervisi pendidikan dan
jenis-jenis supervisi pendidikan yakni supervisi pengajaran dan supervisi klinis.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana teori-teori supervisi
pendidikan?
2. Bagaimana konsep dasar supervisi
pendidikan?
3. Bagaimana bentuk dan peranan supervisi
pendidikan?
C. Pembahasan
1. Teori
Supervisi Pendidikan
Secara etimologis supervisi
menurut S. wajowasito dan W.J.S poerwadarminta yang dikutip oleh
ametembun(1993:1): “supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “supervision” artinya pengawasan. Pengertian
supervisi secara etimologis masim menurut ametembun(1993:2), menyebutkan bahwa
dilihat dari bentuk perkatanyaanya, supervisi terdiri dari dua buah kata super+vision= atas, lebih, vision = lihat,tilik, awasi.
Makna
yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai
kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah
melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.
Setelah
memahami supervisi dari akar kata, selanjutnya akan diuraikan pengertian dari
para ahli sebagai berikut : olive (Neagley & Evans, 1980: 1) menyatakan “supervision in conceived as service to
teacher, both individual and in group. Supervision is means of offering to
teacher specialized help in improving instruction”. Berdasarkan devinisi
tersebut diketahui bahwa supervise merupakan layanan kepada guru, baik secara
makna bantuan khusus kepada guru dalam rangka memperbaiki pembelajaran.
pendapat senada namun lebih lengkap diungkapkan oleh stoller (Neagley &
Evans, 1980: 1) yang menyatakan: “…..supervision
as the improvetement of instruction seem to be concerned with-overseing
,directing ,guiding, conducting, regulating,controlling, moving toward a goal,
etc-workes(teacher), who give or teach knowledge or information in such a
manner that there is resulting ‘increase in value or in excellence of quality
or condition”. Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa supervisi
merupakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru melalui bantuan
supervision melalui aktivitas pengawasan, pengarahan, pembimbingan,
pembelajaran serta bentuk aktivitas lainya.
Para
ahli dalam bidang administrasi pendidikan membuat kesepakatan bahwa supervise
pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian
peningkatan situasi belajar mengajar. Supervisi pada dasarnya diarahkan pada
tiga kegiatan, yakni supervise akademis, supervise administrasi dan supervise
lembaga ketiga kegiatan besar tersebut masing-masing memiliki garapan serta
wilayahnya sendiri-sendiri [1].
2. Konsep
dasar supervisi pendidikan
a. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
Konsep supervisi pendidikan secara historis diawali dengan
konsep supervisi tradisional (kuno) yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi untuk
mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki (dihukum)
dan apabila sudah sesuai dengan aturan akan mendapat hadiah. Kita mengenal
istilah supervisi sebagai penilikan, pemeriksaan, pengawasan dan hal-hal yang
berbau suatu hubungan dari atasan ke bawahan. Konsep supervisi tradisional ini
disebut snooper vision yang artinya tugas memata-matai untuk menemukan
kesalahan.[2]
Inspeksi berasal dari bahasa belanda inspectie yang
artinya melihat untuk mencari kesalahan. Seorang yang melakukan inspeksi
disebut inspektur dan dalam hal ini inspektur mengadakan controlling
(memeriksa), correcting (membenarkan), judging (mengadili sepihak), directing
(pengarahan), demonstration (memperlihatkan cara mengajar yang
baik).[3] Kemudian
seiring perkembangan pemikiran manusia, konsep supervisi tradisional berubah menjadi
supervisi yang bersifat ilmiah dan lebih manusiawi.
Dalam pandangan modern, Kimball Wiles (1967) mengutarakan
pengertian supervisi sebagai berikut “supervision is assistance in the
development of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah
bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Pendapat lain
dari Olivia dalam Neagley dan Evans (1980”1) yaitu supervision is a
conceived as service to teachers, both as individual and in groups. Supervision
is a means of offering to teachers specialized help in improving instruction”.[4]
Kedua pendapat ini menunjukkan supervisi merupakan suatu layanan pemberian
bantuan bagi guru baik secara individu maupun kelompok untuk memperbaiki proses
pembelajaran dan mengembangkannya ke arah yang lebih baik. Hal ini menunjukkan
juga bahwa konsep supervisi dan inspeksi berbeda. Inspeksi lebih otoriter dan
menekankan pada kekuasaan, sedangkan supervisi lebih bersahabat dan demokratis
karena ada interaksi supervisor dan guru seperti percakapan pribadi, kerjasama,
pemberian layanan atau pembinaan.[5]
Meskipun konsep klasik dan modern amat berbeda, pada umumnya
masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap konsep supervisi di masa
sekarang. Pada kenyataannya ketika kepala sekolah atau pengawas melakukan
kunjungan kelas misalnya, sering timbul rasa kaku, takut pada atasan ketika
dilakukan proses supervisi sehingga kurang menjadi terbuka terhadap
permasalahan yang sebenarnya ada di dalam kelas. Padahal sebenarnya mengawasi
dalam supervisi bermakna controlling yang berguna untuk mengoptimalkan
tanggung jawab dari program yang dilaksanakan oleh guru yakni pembelajaran.
b. Peranan Supervisi Pendidikan
Supervisi mempunyai fungsi evaluasi dengan jalan penelitian
dan merupakan usaha perbaikan. Dengan data dan informasi diperoleh semestinya
dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam pembelajaran. Sweringen dalam
bukunya Supervision of Instruction – Foundation and Dimension (1961), menyebutkan bahwa supervisi
mempunyai fungsi sebagai berikut:[6]
1) Mengkoordinir semua usaha sekolah
2) Melengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperkuat pengalaman-pengalaman
guru
4) Menstimulasi usaha-usaha kreatif
5) Memberikan fasilitas dan penilaian
terus menerus
6) Menganalisa situasi belajar mengajar
7) Memberikan pengetahuan kepada setiap
anggota
8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan
9) Membantu meningkatkan kemampuan
mengajar
Sementara itu peranan supervisi pendidikan adalah korektif,
preventif, konstruktif dan kreatif.[7]
Pendapat ini berdasarkan pendapat Briggs yang menyebutkan empat tipe supervisi
dari pelaksanaannya yaitu:[8]
1) Corrective
Supervision
Kegiatan supervisi ini lebih dalam bentuk mencari
kesalahan-kesalahan orang yang disupervisi, sehingga hanya menekankan pada
penemukan kesalahan.
2) Preventive
Supervision
Kegiatan supervisi lebih pada usaha untuk melindungi guru
dari berbuat kesalahan.
3) Constructive
Supervision.
Supervisi yang berorientasi kepada masa depan, dengan
melihat kesalahan dan membangunnya agar lebih baik dan melihat hal baru dan
berusaha untuk mengembangkannya.
4) Creative
Supervision.
Supervisi ini melihat guru lebih besar peranannya dalam
mengusahakan perbaikan proses belajar-mengajar, dan usaha untuk membaikinya
lebih diserahkan pada guru sendiri.
Dilihat dari
fungsinya, tampak jelas peranan supervisi. Dalam hal ini seorang supervisor
dapat berperan pula sebagai koordinator program belajar mengajar, konsultan
yang memberi bantuan terhadap masalah yang dihadapi, pemimpin kelompok yang
memimpin guru dan evaluator atau sebagai penilai. Kimball Wiles menambahkan
peranan seorang supervisor ialah membantu, memberi support dan
mengikutsertakan, bukan mengarahkan terus menerus.[9]
Secara garis besar fungsi dan peranan supervisi pendidikan
sekali lagi untuk memberi pembinaan kepada guru supaya dapat mencapai tujuan
yang diharapkan dalam pembelajaran.
3. Jenis-Jenis
Supervisi Pendidikan
a. Supervisi Pengajaran
Supervisi
pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan tercapainya
tujuan pendidikan dalam situasi belajar mengajar yang lebih baik.[10]
Supervisi macam ini lebih mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk
mengobservasi proses belajar-mengajar di kelas. Supervisi pembelajaran
didefinisikan sebagai usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing
pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara
individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi pembelajaran.[11]
Menurut
Haris, Supervisi pendidikan adalah sesuaru yang dilakukan personalia sekolah
untuk memelihara atau mengubah yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung
yang memengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses
belajar siswa.[12]
Dapat
disimpulkan bahwa supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan pengawasan yang
ditujukan oleh memperbaiki kondisi baik personiel maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan.
Supervisi
ini sering disebutkan oleh para ahli yakni supervise merupakan bantuan dan
pelayanan kepada kepala sekolah, guru dan staf untuk mengembangkan
profesionalitasnya sehingga guru termotivasi untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dengan maksimal.
b. Supervisi Klinis
Pembahasan mengenai supervisi klinis dari berbagai buku
cukup bervariasi. Supervisi klinis menurut Ngalim Purwanto termasuk bagian dari
jenis supervisi pendidikan yang sejenis dengan supervisi pengajaran.
Sedangkan menurut Abd. Kadim Masaong, supervisi klinis
termasuk bagian dari model-model kepengawasan pendidikan yang berupa Cooperative
Professional Development (CPD), Individualized Professional Development (IPD),
Clinical Supervision (CS), Informal Supervision dan supportive
supervision. Beliau menuturkan supervisi klinis merupakan konvergensi
antara pendekatan ilmiah dan pendekatan artistik.[13]
1) Pengertian Supervisi Klinis
Istilah supervisi klinis diadopsi dari istilah kedokteran.
Tujuannya adalah agar terinspirasi dari keakraban yang terjalin seperti halnya
seorang dokter dan pasien yang mengeluhkan penyakitnya. Istilah ini memperhalus
kata supervisi itu sendiri yang memiliki arti pengawasan. Supervisi klinis
diharapkan dapat membuat gap antara supervisor dengan guru menjadi hilang
sehingga timbul keakraban dan pola komunikasi dengan baik dan pada akhirnya
pembinaan berjalan dengan efektif.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan
pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematis dalam
perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif tentang perfoma mengajar
yang nyata dan tujuannya adalah mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.[14]
Definisi lain tentang supervisi klinis adalah pertemuan tatap muka antara
supervisor dan guru, membahas hal mengajar di dalam kelas guna memperbaiki
pembelajaran dan pengembangan profesi dengan cara kolegial antara supervisor
dan guru.
Inti dari supervisi klinis adalah proses supervisi yang
bersifat keakraban agar tercipta kenyamanan bagi guru karena tujuan dari
supervisi klini bukan hanya perbaikan keterampilan mengajar guru tetapi juga
perubahan kepribadian guru.
2) Tujuan Supervisi Klinis
Konsep dari supervisi adalah memberi tekanan pada proses
pembentukan dan pengembangan profesional. Karena mengajar adalah suatu kegiatan
yang dapat diamati, dapat dikendalikan dan terdiri dari berbagai komponen
keterampilan mengajar. Maka supervisi klinis tujuan umumnya adalah berguna
untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar.
Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai
berikut:[15]
a) Menyediakan guru suatu balikan yang
objektif dari kegiatan yang telah mereka lakukan.
b) Mendiagnosa, kemudian membantu memevahkan
masalah mengajar.
c) Membantu guru mengembangkan
keterampilan dalam menggunakan strategi
d) Sebagai dasar untuk menilai guru
dalam kemajuan pendidikan.
e) Membantu mengembangkan sikap positif
guru.
f) Perhatian utama pada kebutuhan guru.
3) Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Agar lebih memahami apa itu supervisi klinis, ada beberapa
ciri-ciri atau karakteristik dari supervisi yang perlu diketahui yaitu sebagai
berikut:[16]
a) Bantuan yang diberikan bukan
bersifat memerintah tetapi tercipta hubungan manusiawi,
b) Guru dengan inisiatifnya sendiri
memohon bantuan.
c) Satuan tingkah laku mengajar yang
dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Sehingga keterampilan yang
spesifik yang harus diperbaiki.
d) Suasana pemberian supervisi lebih
terbuka, dekat, dan hangat karena ada kenyamanan dari guru yang disupervisi.
e) Supervisi tidak hanya pada aspek
keterampilan mengajar guru tetapi juga aspek kepribadian guru.
f) Instrument supervisi disusun sesuai
kesepakatan supervisor dan guru.
g) Balikan diberikan harus secepar
mungkin dan objektif.
h) Percakapan balikan seharusnya datang
dari pihak guru terlebih dahulu.
4)
Prinsip-prinsip supervisi klinis
Dalam
supervisi klinis terdapat beberapa prinsip, diantarnya adalah: [17]
a) Supervisi klinis yang dilaksanakan
harus berdasarkan inisiatif dari para guru terlebih dahulu
b) Ciptakan hubungan manusiawi yang
bersifat interaktif dan rasa kesejawatan
c) Ciptakan suasana bebas dimana setiap
orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya
d) Objek kajian adalah kebutuhan
profesional guru yang rill yang mereka sunguh alami
e) Perhatian dipusatkan pada
unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
5) Lagkah-langkah dalam pelaksanaan
supervisi
Dalam model supervisi klinis ini terdapat tiga proses dasar
yaitu konferensi awal, observasi, dan konferensi akhir. Pada tahap konferensi
awal guru dan supervisor bertemu dalam suasaa yang akrab dan saling terbuka.
Pada tahap pertama ini aktivitas yang dilakukan adalah:
a) Supervisor membentuk report kepada guru
b) Bersama dengan guru, supervisor
membicaraan rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru
c) Supervisor bersama-sama dengan guru
membentuk jenis keterampilan mengajar yang akan dilatih.
d) Supervisi dan guru mengembangkan
instrumen yang akan digunakan sebagai panduan untuk mengobservasi praktik
mengajar yang dilakukan guru.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap kedua atau observasi
adalah:
a) Supervisor bersama dengan guru
memasuki ruang kelas dimana kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan.
b) Guru menginformasikan kepada peserta
didik maksud keberadaan supervisor diruangan tersebut.
c) Guru mulai melakukan proses
pembelajaran sementara supervisor melakukan pengamatan dengan mengunakan
instrumen yang telah disepakat.
d) Supervisor dan guru bersama
meninggalkan ruangan m msaat
meninggalkan ruangan saat kegiatan pembelajaran telah selesai.
Aktivitas
yang dilakukan pada pertemuan terakhir adalah :
a) Supervisor menyampaikan apesiasi
dengan penguatan kepada guru yang telah selesai mengajar.
b) Bersama dengan guru, supervisor
meminta tanggapan guru atas hasil observasi yang telah dilakukannya.
c) Membuat kesimpulan bersama atas
kemajuan kemampuan guru setelah melakukan supervisi klinis.
Dalam model supervisi klinis ini dijalani dengan interaksi
langsung antara guru dengan superivisor dalam upaya memahami secara akurat
aspek yang memerlukan perbaikan serta melakukan praktik untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Supervisi klinis
dalam pelaksanaannya dapat mengikuti setruktur lima langkah sebagai berikut,
yaitu :
a) Konferensi sebelum observasi
b) Observasi kelas
c) Analisis dan setrategis
d) Konferensi supervisi
e) Analisis pasca konferensi.[18]
D. Kesimpulan
Konsep supervisi secara historis diawali dengan konsep
supervisi tradisional atau kuno yaitu pekerjaan inspeksi mengawasi untuk
mencari kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki dan apabila seolah sudah
sesuai dengan aturan, maka akan mendapat hadiah atau reward. Konsep supervisi
tradisional berubah menjadi supervisi modrn yang berifat ilmiah dan lebih
manusiawi. Supervisi secara modern yaitu suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu.
Dalam pendapatnya, Abd. Kadim Masaong membagi supervisi
klinis menjadi berbgai model, dari model-model kepengawasan pendidikan yang
berupa Cooperative Professional Development (CPD), Individualized
Professional Development (IPD), Clinical Supervision (CS), Informal
Supervision dan supportive supervision.Supervisi klinis merupakan konvergensi antara pendekatan ilmiah
dan pendekatan artistik
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi
pembelajaran yang lebih baik. Meskipun konsep supervisi klasik telah berganti
menjadi konsep supervisi modern namun pada umumnya masyarakat masih mengartikan
supervisi dengan makna inspeksi yang maknanya kaku dan otoriter. Supervisi
berfungsi untuk mengevaluasi dengan jalan penelitian dengan tujuan memperbaiki.
Jenis supervisi pendidikan ada dua yakni supervisi
pengajaran dan supervisi klinis. Kedua jenis supervisi ini memiliki maksud yang
sama hanya saja supervisi klinis lebih bisa menjangkau tujuan yang tidak bisa
dicapai oleh supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran lebih berfokus pada
masalah yang tampak dalam pembelajaran. Sedangkan supervisi klinis lebih
menyentuh pada pengembangan profesi guru terutama pada aspek kepribadian guru.
Wallahu a’lam.
- Saran
Jenis
supervisi pendiikan ada dua macam yakni supervisi pengajaran dan supervisi
klinis. Kedua jenis ini memiliki maksud yang sama hanya saja supervisi klinis
lebih bisa menjangkau tujuan untuk tidak bisa dicapai oleh supervisi
pengajaran. Supervisi pengajaran lebih terfokus pada masalah yang tampak dalam
pembelajaran. Sedangkan supervisi klinis lebih menyentuh pada pengembangan
profesi guru terutama pada aspek kepribadian guru.
Supervisi
sebaiknya dilakukan secara berkala setiap saatnya melalui pemantauan baik oleh
kepala sekolah yang sedang bersangkutan ataupun diwakilikan oleh wakil-wakil
yang bersangkutan, dengan begitu akan menjadi lebih jelas terlihat mana yang
kurang perlu diperbaiki dalam sistem dan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah
dan proses pendidikan dalam sekolah tersebut.
F. Daftar
Pustaka
Aedi Nur,
2014: Pengawasan Pendidikan Tinauan Teori
dan Praktis, Jakarta: Raja Grafindo.
Masaong,
Abd. Kadim. 2012. Supervisi
Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta.
Nadhirin.
2009. Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya. Yogyakarta: Idea
Press.
Nur Mufidah, Luk-luk, 2017,
Supervisi Pendidkan, Yogjkarta: Kalimedia.
Purwanto,
Ngalim. 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sagala,
Syaiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV Alfabeta.
Sahertian,
Piet A. 2000. Konsep Dasar & Taknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[1] Nur Aedi,
pengawasan pensisikan tinjauan teori dan
praktik,JAKARTA:PT Raja Grafindo,2014, hal 13-15
[2] Piet A. Sahertian, Konsep
Dasar & Taknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, hal.16
[3]
http://mpsi.umm.ac.id/files/file/SUPERVISI%20PENDIDIKAN.doc, diakses pada hari
Selasa, 24 September 2017 jam 11.28.41. WIB
[4] Nadhirin, Supervisi
Pendidikan Integratif Berbasis Budaya, Yogyakarta: Idea Press, 2009, hal.
59
[5] Ibid.
[6] Syaiful Sagala, Administrasi
Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV Alfabeta, 2000, hal. 231.
[7] Ibid.
[8] https://zainzuhaili.wordpress.com/2013/05/20/jenis-supervisi-model-type-pendekatan-proses-pelaksanaan-dan-teknik-supervisi-pendidikan/ diakses pada hari
Selasa, 24 September 2017, jam 11.52.22 WIB
[10] Ngalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014, hal. 89.
[11] Abd. Kadim Masaong, Supervisi
Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru,
Bandung: Alfabeta, 2012, hal.3
[13] Ibid.
[14] Op. Cit, Piet.
A, hal. 36.
[16] Op. Cit, Piet.
A, hal. 38-39.
[18] Nur Aedi, 2014:
Pengawasan Pendidikan Tinauan Teori dan Praktis, Jakarta: Raja Grafindo,
hal. 58 – 60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar