Minggu, 01 Oktober 2017

TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN DAN JENIS-JENIS SUPERVISI

TEORI SUPERVISI PENDIDIKAN DAN JENIS-JENIS SUPERVISI

A.      Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu proses yang diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap, menyeluruh dan jelas agar bisa mencapai tujuan pendidikan Negara kita, Indonesia. Pendidikan juga merupakan bagian penting dari pembangunan maka sudah barang tentu penyelenggaraannya harus diarahkan pada pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas yakni yang cerdas kehidupannya.
Melalui pendidikan pemerintah berupaya mencerdaskan kehidupan bangsanya dengan pembelajaran di sekolah. Peran guru sangat signifikan dimana perannya sebagai pendidik, pembina, fasilitator belajar bagi siswa. Maka seorang guru harus benar-benar bekerja keras agar mencapai tujuan yang diharapkan karena mengemban tanggung jawab yang besar.
Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupakan bagian dari proses administrasi dan menejemen. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah yang lebih baik dari pada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penilitian yang tertuju pada semua aspek yang  merupakan faktor penentu keberhasilan.
Supervisi pendidikan merupakan suatu upaya yang bisa dilakukan oleh supervisor (gurunya guru) untuk mengoptimalkan tanggung jawab dari program yang dilakukan guru. Para ahli banyak mendefinisikan dan membuat teori tentang supervisi pendidikan. Maka dalam makalah ini pemakalah akan membahasa teori supervisi pendidikan dan jenis-jenis supervisi pendidikan yakni supervisi pengajaran dan supervisi klinis.



B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana teori-teori supervisi pendidikan?
2.    Bagaimana konsep dasar supervisi pendidikan?
3.    Bagaimana bentuk dan peranan supervisi pendidikan?

C.      Pembahasan
1.    Teori Supervisi Pendidikan
Secara etimologis supervisi menurut S. wajowasito dan W.J.S poerwadarminta yang dikutip oleh ametembun(1993:1): “supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “supervision” artinya pengawasan. Pengertian supervisi secara etimologis masim menurut ametembun(1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkatanyaanya, supervisi terdiri dari dua buah kata super+vision= atas, lebih, vision = lihat,tilik, awasi.
                        Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.
                        Setelah memahami supervisi dari akar kata, selanjutnya akan diuraikan pengertian dari para ahli sebagai berikut : olive (Neagley & Evans, 1980: 1) menyatakan “supervision in conceived as service to teacher, both individual and in group. Supervision is means of offering to teacher specialized help in improving instruction”. Berdasarkan devinisi tersebut diketahui bahwa supervise merupakan layanan kepada guru, baik secara makna bantuan khusus kepada guru dalam rangka memperbaiki pembelajaran. pendapat senada namun lebih lengkap diungkapkan oleh stoller (Neagley & Evans, 1980: 1) yang menyatakan: “…..supervision as the improvetement of instruction seem to be concerned with-overseing ,directing ,guiding, conducting, regulating,controlling, moving toward a goal, etc-workes(teacher), who give or teach knowledge or information in such a manner that there is resulting ‘increase in value or in excellence of quality or condition”. Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa supervisi merupakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru melalui bantuan supervision melalui aktivitas pengawasan, pengarahan, pembimbingan, pembelajaran serta bentuk aktivitas lainya.
                        Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan membuat kesepakatan bahwa supervise pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar mengajar. Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni supervise akademis, supervise administrasi dan supervise lembaga ketiga kegiatan besar tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayahnya sendiri-sendiri [1].   
2.    Konsep dasar supervisi pendidikan
a.       Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
Konsep supervisi pendidikan secara historis diawali dengan konsep supervisi tradisional (kuno) yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki (dihukum) dan apabila sudah sesuai dengan aturan akan mendapat hadiah. Kita mengenal istilah supervisi sebagai penilikan, pemeriksaan, pengawasan dan hal-hal yang berbau suatu hubungan dari atasan ke bawahan. Konsep supervisi tradisional ini disebut snooper vision yang artinya tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan.[2]
Inspeksi berasal dari bahasa belanda inspectie yang artinya melihat untuk mencari kesalahan. Seorang yang melakukan inspeksi disebut inspektur dan dalam hal ini inspektur mengadakan controlling (memeriksa), correcting (membenarkan), judging (mengadili sepihak), directing (pengarahan), demonstration (memperlihatkan cara mengajar yang baik).[3] Kemudian seiring perkembangan pemikiran manusia, konsep supervisi tradisional berubah menjadi supervisi yang bersifat ilmiah dan lebih manusiawi.
Dalam pandangan modern, Kimball Wiles (1967) mengutarakan pengertian supervisi sebagai berikut “supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Pendapat lain dari Olivia dalam Neagley dan Evans (1980”1) yaitu supervision is a conceived as service to teachers, both as individual and in groups. Supervision is a means of offering to teachers specialized help in improving instruction”.[4] Kedua pendapat ini menunjukkan supervisi merupakan suatu layanan pemberian bantuan bagi guru baik secara individu maupun kelompok untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkannya ke arah yang lebih baik. Hal ini menunjukkan juga bahwa konsep supervisi dan inspeksi berbeda. Inspeksi lebih otoriter dan menekankan pada kekuasaan, sedangkan supervisi lebih bersahabat dan demokratis karena ada interaksi supervisor dan guru seperti percakapan pribadi, kerjasama, pemberian layanan atau pembinaan.[5]
Meskipun konsep klasik dan modern amat berbeda, pada umumnya masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap konsep supervisi di masa sekarang. Pada kenyataannya ketika kepala sekolah atau pengawas melakukan kunjungan kelas misalnya, sering timbul rasa kaku, takut pada atasan ketika dilakukan proses supervisi sehingga kurang menjadi terbuka terhadap permasalahan yang sebenarnya ada di dalam kelas. Padahal sebenarnya mengawasi dalam supervisi bermakna controlling yang berguna untuk mengoptimalkan tanggung jawab dari program yang dilaksanakan oleh guru yakni pembelajaran.
b.      Peranan Supervisi Pendidikan
Supervisi mempunyai fungsi evaluasi dengan jalan penelitian dan merupakan usaha perbaikan. Dengan data dan informasi diperoleh semestinya dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam pembelajaran. Sweringen dalam bukunya Supervision of Instruction – Foundation and Dimension (1961), menyebutkan bahwa supervisi mempunyai fungsi sebagai berikut:[6]
1)      Mengkoordinir semua usaha sekolah
2)      Melengkapi kepemimpinan sekolah
3)      Memperkuat pengalaman-pengalaman guru
4)      Menstimulasi usaha-usaha kreatif
5)      Memberikan fasilitas dan penilaian terus menerus
6)      Menganalisa situasi belajar mengajar
7)      Memberikan pengetahuan kepada setiap anggota
8)      Mengintegrasikan tujuan pendidikan
9)      Membantu meningkatkan kemampuan mengajar
Sementara itu peranan supervisi pendidikan adalah korektif, preventif, konstruktif dan kreatif.[7] Pendapat ini berdasarkan pendapat Briggs yang menyebutkan empat tipe supervisi dari pelaksanaannya yaitu:[8]
1)      Corrective Supervision
Kegiatan supervisi ini lebih dalam bentuk mencari kesalahan-kesalahan orang yang disupervisi, sehingga hanya menekankan pada penemukan kesalahan.
2)      Preventive Supervision
Kegiatan supervisi lebih pada usaha untuk melindungi guru dari berbuat kesalahan.
3)      Constructive Supervision.
Supervisi yang berorientasi kepada masa depan, dengan melihat kesalahan dan membangunnya agar lebih baik dan melihat hal baru dan berusaha untuk mengembangkannya.
4)      Creative Supervision.
Supervisi ini melihat guru lebih besar peranannya dalam mengusahakan perbaikan proses belajar-mengajar, dan usaha untuk membaikinya lebih diserahkan pada guru sendiri.
 Dilihat dari fungsinya, tampak jelas peranan supervisi. Dalam hal ini seorang supervisor dapat berperan pula sebagai koordinator program belajar mengajar, konsultan yang memberi bantuan terhadap masalah yang dihadapi, pemimpin kelompok yang memimpin guru dan evaluator atau sebagai penilai. Kimball Wiles menambahkan peranan seorang supervisor ialah membantu, memberi support dan mengikutsertakan, bukan mengarahkan terus menerus.[9]
Secara garis besar fungsi dan peranan supervisi pendidikan sekali lagi untuk memberi pembinaan kepada guru supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.
3.    Jenis-Jenis Supervisi Pendidikan
a.       Supervisi Pengajaran
Supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan dalam situasi belajar mengajar yang lebih baik.[10] Supervisi macam ini lebih mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk mengobservasi proses belajar-mengajar di kelas. Supervisi pembelajaran didefinisikan sebagai usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi pembelajaran.[11]
Menurut Haris, Supervisi pendidikan adalah sesuaru yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung yang memengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa.[12]
Dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan pengawasan yang ditujukan oleh memperbaiki kondisi baik personiel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
Supervisi ini sering disebutkan oleh para ahli yakni supervise merupakan bantuan dan pelayanan kepada kepala sekolah, guru dan staf untuk mengembangkan profesionalitasnya sehingga guru termotivasi untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal.
b.      Supervisi Klinis
Pembahasan mengenai supervisi klinis dari berbagai buku cukup bervariasi. Supervisi klinis menurut Ngalim Purwanto termasuk bagian dari jenis supervisi pendidikan yang sejenis dengan supervisi pengajaran.
Sedangkan menurut Abd. Kadim Masaong, supervisi klinis termasuk bagian dari model-model kepengawasan pendidikan yang berupa Cooperative Professional Development (CPD), Individualized Professional Development (IPD), Clinical Supervision (CS), Informal Supervision dan supportive supervision. Beliau menuturkan supervisi klinis merupakan konvergensi antara pendekatan ilmiah dan pendekatan artistik.[13]
1)   Pengertian Supervisi Klinis
Istilah supervisi klinis diadopsi dari istilah kedokteran. Tujuannya adalah agar terinspirasi dari keakraban yang terjalin seperti halnya seorang dokter dan pasien yang mengeluhkan penyakitnya. Istilah ini memperhalus kata supervisi itu sendiri yang memiliki arti pengawasan. Supervisi klinis diharapkan dapat membuat gap antara supervisor dengan guru menjadi hilang sehingga timbul keakraban dan pola komunikasi dengan baik dan pada akhirnya pembinaan berjalan dengan efektif.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif tentang perfoma mengajar yang nyata dan tujuannya adalah mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.[14] Definisi lain tentang supervisi klinis adalah pertemuan tatap muka antara supervisor dan guru, membahas hal mengajar di dalam kelas guna memperbaiki pembelajaran dan pengembangan profesi dengan cara kolegial antara supervisor dan guru.
Inti dari supervisi klinis adalah proses supervisi yang bersifat keakraban agar tercipta kenyamanan bagi guru karena tujuan dari supervisi klini bukan hanya perbaikan keterampilan mengajar guru tetapi juga perubahan kepribadian guru.
2)   Tujuan Supervisi Klinis
Konsep dari supervisi adalah memberi tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional. Karena mengajar adalah suatu kegiatan yang dapat diamati, dapat dikendalikan dan terdiri dari berbagai komponen keterampilan mengajar. Maka supervisi klinis tujuan umumnya adalah berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar.
 Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:[15]
a)      Menyediakan guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan yang telah mereka lakukan.
b)      Mendiagnosa, kemudian membantu memevahkan masalah mengajar.
c)      Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi
d)     Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan.
e)      Membantu mengembangkan sikap positif guru.
f)       Perhatian utama pada kebutuhan guru.
3)   Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Agar lebih memahami apa itu supervisi klinis, ada beberapa ciri-ciri atau karakteristik dari supervisi yang perlu diketahui yaitu sebagai berikut:[16]
a)      Bantuan yang diberikan bukan bersifat memerintah tetapi tercipta hubungan manusiawi,
b)      Guru dengan inisiatifnya sendiri memohon bantuan.
c)      Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Sehingga keterampilan yang spesifik yang harus diperbaiki.
d)     Suasana pemberian supervisi lebih terbuka, dekat, dan hangat karena ada kenyamanan dari guru yang disupervisi.
e)      Supervisi tidak hanya pada aspek keterampilan mengajar guru tetapi juga aspek kepribadian guru.
f)       Instrument supervisi disusun sesuai kesepakatan supervisor dan guru.
g)      Balikan diberikan harus secepar mungkin dan objektif.
h)      Percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru terlebih dahulu.
4)                 Prinsip-prinsip supervisi klinis
Dalam supervisi klinis terdapat beberapa prinsip, diantarnya adalah: [17]
a)      Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru terlebih dahulu
b)      Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan
c)      Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya
d)     Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang rill yang mereka sunguh alami
e)      Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
5)   Lagkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi
Dalam model supervisi klinis ini terdapat tiga proses dasar yaitu konferensi awal, observasi, dan konferensi akhir. Pada tahap konferensi awal guru dan supervisor bertemu dalam suasaa yang akrab dan saling terbuka. Pada tahap pertama ini aktivitas yang dilakukan adalah:
a)      Supervisor membentuk report kepada guru
b)      Bersama dengan guru, supervisor membicaraan rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru
c)      Supervisor bersama-sama dengan guru membentuk jenis keterampilan mengajar yang akan dilatih.
d)     Supervisi dan guru mengembangkan instrumen yang akan digunakan sebagai panduan untuk mengobservasi praktik mengajar yang dilakukan guru.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap kedua atau observasi adalah:
a)      Supervisor bersama dengan guru memasuki ruang kelas dimana kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan.
b)      Guru menginformasikan kepada peserta didik maksud keberadaan supervisor diruangan tersebut.
c)      Guru mulai melakukan proses pembelajaran sementara supervisor melakukan pengamatan dengan mengunakan instrumen yang telah disepakat.
d)     Supervisor dan guru bersama meninggalkan ruangan    m msaat meninggalkan ruangan saat kegiatan pembelajaran telah selesai.
Aktivitas yang dilakukan pada pertemuan terakhir adalah :
a)      Supervisor menyampaikan apesiasi dengan penguatan kepada guru yang telah selesai mengajar.
b)      Bersama dengan guru, supervisor meminta tanggapan guru atas hasil observasi yang telah dilakukannya.
c)      Membuat kesimpulan bersama atas kemajuan kemampuan guru setelah melakukan supervisi klinis.
Dalam model supervisi klinis ini dijalani dengan interaksi langsung antara guru dengan superivisor dalam upaya memahami secara akurat aspek yang memerlukan perbaikan serta melakukan praktik untuk mengatasi permasalahan tersebut.
 Supervisi klinis dalam pelaksanaannya dapat mengikuti setruktur lima langkah sebagai berikut, yaitu :
a)      Konferensi sebelum observasi
b)      Observasi kelas
c)      Analisis dan setrategis
d)     Konferensi supervisi
e)      Analisis pasca konferensi.[18]

D.      Kesimpulan
Konsep supervisi secara historis diawali dengan konsep supervisi tradisional atau kuno yaitu pekerjaan inspeksi mengawasi untuk mencari kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki dan apabila seolah sudah sesuai dengan aturan, maka akan mendapat hadiah atau reward. Konsep supervisi tradisional berubah menjadi supervisi modrn yang berifat ilmiah dan lebih manusiawi. Supervisi secara modern yaitu suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu.
Dalam pendapatnya, Abd. Kadim Masaong membagi supervisi klinis menjadi berbgai model, dari model-model kepengawasan pendidikan yang berupa Cooperative Professional Development (CPD), Individualized Professional Development (IPD), Clinical Supervision (CS), Informal Supervision dan supportive supervision.Supervisi klinis merupakan konvergensi antara pendekatan ilmiah dan pendekatan artistik
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Meskipun konsep supervisi klasik telah berganti menjadi konsep supervisi modern namun pada umumnya masyarakat masih mengartikan supervisi dengan makna inspeksi yang maknanya kaku dan otoriter. Supervisi berfungsi untuk mengevaluasi dengan jalan penelitian dengan tujuan memperbaiki.
Jenis supervisi pendidikan ada dua yakni supervisi pengajaran dan supervisi klinis. Kedua jenis supervisi ini memiliki maksud yang sama hanya saja supervisi klinis lebih bisa menjangkau tujuan yang tidak bisa dicapai oleh supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran lebih berfokus pada masalah yang tampak dalam pembelajaran. Sedangkan supervisi klinis lebih menyentuh pada pengembangan profesi guru terutama pada aspek kepribadian guru. Wallahu a’lam.
  1.  Saran
Jenis supervisi pendiikan ada dua macam yakni supervisi pengajaran dan supervisi klinis. Kedua jenis ini memiliki maksud yang sama hanya saja supervisi klinis lebih bisa menjangkau tujuan untuk tidak bisa dicapai oleh supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran lebih terfokus pada masalah yang tampak dalam pembelajaran. Sedangkan supervisi klinis lebih menyentuh pada pengembangan profesi guru terutama pada aspek kepribadian guru.
Supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala setiap saatnya melalui pemantauan baik oleh kepala sekolah yang sedang bersangkutan ataupun diwakilikan oleh wakil-wakil yang bersangkutan, dengan begitu akan menjadi lebih jelas terlihat mana yang kurang perlu diperbaiki dalam sistem dan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah dan proses pendidikan dalam sekolah tersebut.


F.       Daftar Pustaka
Aedi Nur, 2014: Pengawasan Pendidikan Tinauan Teori dan Praktis, Jakarta: Raja Grafindo.

Masaong, Abd. Kadim.  2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta.

Nadhirin. 2009. Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya. Yogyakarta: Idea Press.

Nur Mufidah, Luk-luk, 2017, Supervisi Pendidkan, Yogjkarta: Kalimedia.

Purwanto, Ngalim. 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV Alfabeta.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar & Taknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.







[1] Nur Aedi, pengawasan pensisikan tinjauan teori dan praktik,JAKARTA:PT Raja Grafindo,2014, hal 13-15
[2] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Taknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, hal.16
[3] http://mpsi.umm.ac.id/files/file/SUPERVISI%20PENDIDIKAN.doc, diakses pada hari Selasa, 24 September 2017 jam 11.28.41. WIB
[4] Nadhirin, Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya, Yogyakarta: Idea Press, 2009, hal. 59
[5] Ibid.
[6] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV Alfabeta, 2000, hal. 231.
[7] Ibid.
[9]Op. Cit,  Piet A. Sahertian, hal. 25-26.
[10] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hal. 89.
[11] Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru, Bandung: Alfabeta, 2012, hal.3
[12] Ibid, hal. 18
[13] Ibid.
[14] Op. Cit, Piet. A, hal. 36.
[15]Op. Cit, Syaiful Sagala, hal 248-249.
[16] Op. Cit, Piet. A, hal. 38-39.
[17] Luk-luk Nur Mufidah, 2017, Supervisi Pendidkan, Yogjkarta: Kalimedia, hlm. 32-34
[18] Nur Aedi, 2014: Pengawasan Pendidikan Tinauan Teori dan Praktis, Jakarta: Raja Grafindo, hal. 58 – 60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar