Selasa, 19 September 2017
SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH
MAKALAH
“SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya (khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah denga proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya.
Dinasti Bani Umayyah merupakan dinasti yang berkuasa selama lebih kurang 90 tahun (41-132/661-750). Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembantaian terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yag sangat menguntungkan baginya.
Jatuhnya Ali dan naikya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak Khawarij (kelompok yang membangkang dari Ali) membunuh Ali, meskipun kemudian kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai bebrapa bulan.
Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengansumbangan-sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kami pemakalah akan mempresentasikan hasil kerja kelompok kami dengan membahas bagaimana peradaban Islam pada masa bani Umayyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal berdirinya dinasti Bani Umayyah ?
2. Siapa saja tokoh-tokoh terkemuka dalam kejayaan dinasti Bani Umayyah ?
3. Sejak kapan masa-masa kejayaan dinasti Bani Umayyah dan masa keruntuhannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan, pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah.
Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayah. Dilihat dari sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2. Umayah memiliki harta yang cukup
3. Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
B. Tokoh-Tokoh Terkemuka Daulah Bai Umayyah
1. Muawiyah bin abu Sufyan
( 602 – 680 ) umur 77-78 tahun. Bergelar Muawiyah I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah dan juru tulis Nabi Muhammad SAW. Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah seorang sahabat nabi, walaupun keislamannya baru dilakukan setelah Mekkah ditaklukkan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Muawiyah masuk Islam pada 7H. kalangan syiah sampai saat ini tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan sahabat nabi, karena dianggap telah menyimpang setelah meninggalnya Rasulallah SAW ia diakui sebagai khalifah sejak Hasan bin Ali, yang hanya beberapa bulan menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai’at padanya. Dia menjabat sebagai khalifah mulai tahun 661 ( umur 58-59 tahun ) sampai dengan 680
2. Yazid bin Muawiyah
Bergelar Yazid I ( 645 – 683 ) ialah khalifah kedua Bani Umayyah dan pengganti ayahandanya Muawiyah.
3. Muawiyah bin Yazid
Bergelar Muawiyah II ( 661 – 684 ) Bani Umayyah selama hamper 6 bulan setelah kematian ayahandanya Yazid I. khalifah yang diwarisinya dalam keadaan kacau sebab pernyataan Ibnu Zubair sebagai khalifah sebenarnya dan memegang daerah Hejaz seperti daerah lain. Muawiyyah II dianggap sebagai orang yang ramah yang tidak giat melibatkan diri dalam politik.
4. Marwan bin al – Hakam
Bergelar Marwan I ( 623 – 685 ) ialah kekhalifah Bani Umayyah yang mengambil alih tampak kekuasaan setelah Muawiyah II penyerahan jabatan pada 684. Naiknya Marwan menunjukkan pada perubahan silsilah Bani Umayyah dari keturunan Abu Sufyan ke Hakam, mereka ialah cucu Umayyah ( darinya nama Bani Umayyah diambil ). Hakam ialah saudara sepupu Utsman bin Affan.
5. Abdul Malik bin Marwan
Bernama lengkap Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul Aas bin Umayyah bun Abd Shams bin Abdi Manaf bin Qussi bin Kilab adalah seorang khalifah pertama yang mencetak uang dinar dalam islam. Dia lahir pada bulan Ramadhan tahun 23 H dan meninggal tahun 86 H atau 685 – 705 Masehi.
6. Walid I ibn Abdul Malik
Bergetar al – Walid I lahir pada tahun 668 sampai meninggal di Damaskus ( kini wilayah Suriah ) pada 23 febuari 715 pada umur 46/47 tahun ialah khalifah Bani Umayyah yang memerintah antara 705 – 715. Ia melanjutkan ekspansi khilafah Islam yang dicetuskan ayahnya, dan merupakan penguasa yang efektif.
7. Sulaiman ibn Abdul Malik
( 674 – 717 ) ialah khalifah Bani Umayyah yang memerintah dari 715 – 717, ayahandanya ialah Abdul – Malik, dan merupakan adik khalifah sebelumnya al – Walid I. Sulaiman mengambil keputusan dalam, pada lawan politiknya Al – Hajjaj bin Yusuf. Bagaimanapun, Al – Hajjaj meninggal pada 714, maka Sulaiman menyiksa sekutu politiknya. Diantaranya ada 3 jenderal terkenal Qutaibah bin Muslim, Musa bin Nusair, dan Muhammad bin Qasim. Seluruhnya ditahan dan kemudian dibunuh.
8. Hisyam I
Hisyam bin Abdurrahman ad – Dakhil atau Hisyam ar – Ridha adalah Amir Kordoba kedua dari keamiran Kordoba, yang memimpin antara tahun 788 sampai 796 di Al – Andalus, ( Moor Iberia ). Hisyam lahir di Kordoba pada 759. Dan merupakan anak pertama dari Abdurrahman I dan istrinya, Halul dan adik tiri dari Sulaiman.
9. Al – Hakam I
Al – Hakam bin Hisyam adalah Amir Keamiran Kordoba yang berkuasa sejak 796 sampai 822 di Al- Andalus ( Moor dan Iberia ). Al – Hakam adalah anak kedua dari Hisyam I, kakaknya telah meninggal ketika masih muda. Ketika ia berkuasa, ia ditantang oleh pamannya Sulaiman dan Abdallah, kedua anak dari Abdurrahman I. Abdallah mengambil kedua anaknya Ubaidullah dan Abdul Malik ke pengadilan Charlemagne di Aix-la-Chapelle untuk negosiasi bantuan. Sementara itu Sulaiman menyerang Kordoba, namun dikalahkan dan didorong kembali ke Merida dimana ia ditangkap dan dieksekusi. Abdallah diampuni, tetapi dipaksa untuk tinggal di Valencia.
10. Abdurrahman II
Abu al – Mutharraf Abdurrahman bin Al – Hakam atau Abdurrahman al – Ausath ( lahir di Toledo Sya’ban 176 H/ 788, meninggal di Kordoba 3 Rabiul Akhir 238 H / 852 ) adalah Amir Keamiran Kordoba di Al – Andalus (Moor dan Iberia ) sejak 822 hingga kematian.
11. Muhammad I
( 823 – 886 ) adalah Amir Keamiran Kordoba sejak 852 hingga 886 di Al – Andalus (Moor dan Iberia )
12. Abdullah ibn Muhammad
Abu al – Abbas Abdullah bin Muhammad as – saffah (721-754) merupakan khalifah pertama Bani Abbasiyyah. Bani Abbasiyyah berkuasa antara 750 sampai 1258, dan ia berkuasa sampai kematiannya pada 754. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Muhsammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul – Muththalib bin Hisyam.
13. Abdurrahman III
An – Nasir ( sang pemenang )adalah seorang Emir ( 919 – 929 ) dan khalifah Kordoba (929 – 961), serta bangsawan dari Bani Umayyah di Al – Andalus ( Iberia yang dikuasai Muslim ). Ia merupakan salah satu penguasa terbesar dan paling sukses di Al – Andalus. Awalnya ia berkuasa sebagai Amir Kordoba, namun pada 929 ia memproklamasikan dirinya sebagai khalifah, atau pemimpin umat Islam yang sah.
TOKOH – TOKOH PENGUASA PADA MASA BANI UMAYYAH
756 – 788 Abdurahman I
788 – 796 Hisyam I
796 – 822 Hakkam I
822 – 852 Abdurahman II
852 – 886 Muhammad I
886 – 888 Almunzir ibn Muhammad
888 – 912 Abdullah ibn Muhammad
912 – 961 Abdurahman III
961 – 976 Hakkam II ( Al – Mustanshir )
976 – 1009 Hisyam II ( Al – Muayyad )
1010 Muhammad II Al – Mahdi
1010 Sulaiman Al – Musta’in
1010 Muhammad II Al – Mahdi
1010 – 1016 Hisyam II Al – Muayyad
1016 Sulaiman Al – Musta’in
1010 – 1023 Abdurrahman IV Al – Murtadha
1023 Abdurrahman V Al – Mustazhir
1023 – 1027 Muhammad III Al – Mustakfi
1027 – 1031 Hisyam III Al – Muktadi
C. Masa-Masa Kejayaan Dinasti Bani Umayyah Dan Masa Keruntuhannya
Periode kejayaan dinasti Umayyah secara resmi baru dimulai setelah berakhirnya peperangan, antara keturunan Marwan ibn al-Hakam dengan Abdullah ibn al-Zubair. Sebab, setelah kematian Yazid ibn Muawiyah, diikuti penarikan pasukan dari tanah Arab, Abdullah ibn al-Zubair diproklamirkan sebagai khalifah yang sah. Selain daerah tempat tinggalnya di Hijaz, daerah-daerah seperti Arab Selatan, Mesir, dan sebagian Suriah kemudian mengakuinya sebagai khalifah yang baru.
Kepemimpinan Dinasti Umayyah yang sebelumnya kosong pasca meninggalnya Mu’awiyah II (683-684 M), dipegang oleh Marwan ibn al-Hakam (684-685 M), sepupu dan mantan sekretaris Utsman ibn Affan. Sadar akan kekuatan dinasti Umayyah yang tercerai berai, Marwan mencoba melakukan konsolidasi kekuatan untuk melawan kekuatan dari Hijaz dan mengambil kembali legitimasi sebagai khalifah yang sah.
Pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan
Nama lengkapnya Abdul Malik ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi al-‘Ash ibn Umayyah. Dilahirkan pada tahun 647 M/ 26 H dan meninggal pada tahun 705 M. Sejak usia mudanya dia dikenal sebagai seorang ahli ibadah yang terkenal. Dia dilantik sebagai khalifah berdasarkan wasiat ayahnya, Marwan I (685 M), pada masa pemerintahan Abdullan ibn al-Zubair, dan dianggap sebagai khalifah yang tidak sah.
Sejak diangkat sebagai khalifah, dan selama sepuluh tahun pertama kekhalifahannya, Abdul Malik banyak dijegal oleh lawan-lawannya, dan seperti pendahulunya, Muawiyah I, dia juga harus menghadapi musuh di berbagai wilayah.
Usaha Stabilisasi Wilayah Dinasti Umayyah
Keberhasilan Abdul Malik dalam menjaga stabilitas dan memperluas wilayahnya tidak terlepas dari kesetiaan dan kegigihan dua panglima perang andalannya di wilayah barat dan timur kerajaan. Dengan kata lain, capaian militer yang gemilang saat itu adalah berkat komando al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi di sebelah timur dan Musa ibn Nushayr di sebelah barat.
Al-Hajjaj, mantan kepala sekolah di Taif, seperti yang telah dipaparkan di atas merupakan tokoh yang berjasa mengokohkan kembali kekhalifahan dinasti Umayyah. Setelah berhasil mengalahkan perlawanan Abdullah ibn al-Zubair, dia diangkat menjadi gubernur Arab pada usianya ke-31 tahun.
Arabisasi dan Reformasi Administrasi Negara
Abdul Malik menjadi perintis usaha Arabisasi dalam berbagai bidang. Diantaranya meliputi perubahan bahasa yang digunakan dalam catatan administrasi publik dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab di Damaskus, dan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab di Irak dan provinsi bagian timur, serta penerbitan uang logam arab.
Kementerian Urusan Perpajakan (diwan al-mustagallat)
Pada tahun 695 M, Abdul Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya orang Arab. Wakilnya di Irak, al-Hajjaj, mencetak uang perak di Kufah pada tahun berikutnya. Kebijakan itu menandai bergesernya penggunaan mata uang cetakan asing ke cetakan Arab.
Pemerintahan Al-Walid ibn Abdul Malik
Dia bernama al-Walid ibn Abdul Malik, sering dipanggil dengan nama Abu al-Abbas. Masa mudanya dia dikenal tidak pandai dalam ilmu Nahwu (gramatika bahasa Arab), meskipun telah berusaha belajar dalam waktu enam bulan dengan ahli tata bahasa, dia masih tidak menguasainya.
Kesuksesan Ekspansi Walid ibn Abdul Malik
Pada tahun 706 M, al-Walid memperpanjang jabatan Qutaybah sebagai panglima merangkap gubernur. Qutaybah kemudian menaklukkan wilayah Bikund. Setelah berhasil berhasil menguasai daerah tersebut, Qutaybah menguasai Bukhara pada tahun 706-709 M, dan sebagaian wilayah Samarkand tahun 710-712 M, kemudian menuju Khawarizm. Raja Khawarizm mengadakan kerja sama dan perdamaian dengan tentara Islam, setelah Qutaybah menyelamatkan daerah ini dari konflik antar suku.
Pada tahun 708 M, Muhammad ibn Qasim diberi kepercayaan oleh al-Hajjaj untuk menundukkan dataran India. Dia menuju Sind, sesampainya di sana dia berhasil menduduki pelabuhan Deibul di muara sungai Indus, dan memberi nama baru Mihram.
Ekspansi ke wilayah Barat di zaman Walid, masih dipercayakan pada Musa ibn Nushair. Musa berhasil menundukkan daerah Aljazair dan Maroko, setelah itu dia mengangkat mantan budak bernama Thariq ibn Ziyad, sebagai wakil untuk memerintah di daerah itu.
Didorong oleh kemenangan-kemenangan di Afrika Utara dan timbulnya konflik internal dalam kerajaan Gothia Barat di Andalusia, maka pada tahun 710 M Musa mengirim Tarif ibn Malik untuk memata-matai wilayah tersebut. Puncaknya pada tahun 711 M, Musa mengirimkan tangan kanannya, Thariq ibn Ziyad, untuk menaklukkan Gothia Barat yang dipimpin Raja Roderick.
Secara luar biasa pasukan Thaqriq yang hanya berjumlah 12.000 orang berhasil mengalahkan pasukan Roderick, yang kira-kira berjumlah total 100.000 orang. Dengan demikian Andalusia berhasil ditaklukkan oleh pasukan muslim.
Pemerintahan Sulaiman ibn Abdul Malik
Dia bernama Sulaiman ibn Abdul Malik ibn Marwan, dan bisa dipanggil Abu Ayyub. Merupakan salah seorang yang terbaik dari kalangan khalifah Dinasti Umayyah, meskipun demikian pemerintahannya hanya berjalan singkat, yakni selama dua tahun.
Dia menjadi khalifah pada tahun 715 M berdasarkan wasiat ayahnya, Abdul Malik. Sebelum Sulaiman menjabat sebagai khalifah, al-Walid ingin mencopot posisinya sebagai putra mahkot dan menginginkan putranya yang menjadi khalifah penggantinya.
Usaha tersebut sempat menimbulkan intrik internal Umayyah mengenai jabatan khalifah selanjutnya. Posisi Sulaiman sebagai putra mahkota didukung oleh Umar ibn Abdul Aziz mantan gubernur Madinah yang diberhentikan al-Walid. Akibatnya, Umar ibn Abdul Aziz sempat diasingkan di sebuah ruangan sempit selama tiga hari, setelah tiga hari dia diberi ampunan.
Ketika Sulaiman mengetahui masalah tersebut. Maka, Sulaiman menyatakan bahwa Umar adalah pengganti setelahnya. Hubungan baik Sulaiman dan Umar terus berlanjut hingga masa Sulaiman menjadi khalifah, Umar ditunjuk sebagai perdana menteri yang sering dimintai nasehat sebelum Sulaiman memutuskan sesuatu.
Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz
Pengganti Sulaiman, Umar ibn Abdul Aziz ibn Marwan merupakan seorang khalifah yang saleh dan jujur dalam segala hal. Dia mempunyai panggilan Abu Hafsh. Umar dilahirkan di Hulwan, Mesir pada tahun 681 M. Ibunya bernama Ummu ‘Ashim binti ‘Ashim ibn Umar ibn Al-Khathab, sehingga Umar merupakan khalifah yang berasal dari keturunan Umar ibn Khathab.
Umar menggantikan khalifah Umayyah sebelumnya, Sulaiman ibn Abdul Malik, pada tahun 717 M. Pemerintahannya hanya berlangsung singkat yakni 2 tahun 5 bulan. Meskipun berlangsung singkat, pemerintahan Umayyah dapat mencapai kestabilan yang luar biasa pada masanya.
Umar sepenuhnya berada di bawah pengaruh para teolog, sehingga tidak mengherankan kebijakan yang dicetuskannya jauh berbeda dengan para pendahulunya yang dikenal sekuler. Jika pada masa pemerintahan al-Walid masyarakat selalu mendiskusikan kemegahan arsitektur Umayyah, berbeda halnya dengan masa pemerintahan Umar, di mana masyarakat ketika berkumpul lebih banyak berdiskusi tentang al-Qur’an dan Sunnah..
Kebijakan Umar ibn Abdul Aziz dalam Memberantas Korupsi
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz tidak pandang bulu dalam penegakan hukum dan keadilan. Siapa pun yang salah, akan mendapat hukumannya. Orang-orang yang korup, kolusi, dan nepotisme ditindak dengan tegas. Mereka bukan saja dipecat dari jabatannya, melainkan juga dihukum sesuai kadar kesalahan mereka.
Umar tidak hanya memecat dan menghukum para pejabat negara yang korup, melainkan juga memusatkan kebijakannya untuk membangun negerinya secara moril. Dia memberantas perilaku korup dari diri sendiri, keluarga, pejabat kemudian rakyat. Dia tidak membedakan kawan atau lawan dan keluarga atau orang yang tidak mempunyai ikatan keluarga dengan khalifah.
Kebijakan Umar ibn Abdul Aziz dalam Bidang Perpajakan dan Harta
Umar ibn Abdul Aziz setelah menjadi khalifah bukan hanya memerintahkan keluarganya, termasuk istrinya Fatimah bin Abdul Malik, agar menyerahkan kekayaannya kepada kas negara. Dia juga mengeluarkan dekrit bahwa kekayaan yang dikumpulkan di atas penderitaan rakyat harus dikembalikan ke negara dan menyita kekayaan keluarga para pendahulunya.
Umar merupakan pemimpin yang sangat mendengar suara rakyat biasa, dia menghapuskan 81 macam abwab (pajak yang tidak manusiawi), yang telah dibebankan pada rakyat oleh para pendahulunya. Umar juga menghapuskan harta-harta yang dikumpulkan atas penerapan jizyah kepada kaum mawali. Wafatnya Umar menandai berakhirnya era keemasan dinasti Umayyah. Penerus-penerus dinasti Umayyah masa selanjutnya kurang bisa meneruskan usaha yang telah dirintis penguasa-penguasa Umayyah masa kejayaan, sehingga menjadikan Dinasti Umayyah masuk kembali ke masa disintegrasi sebelum runtuh oleh revolusi Abbasiyah.
Penyebab Runtuhnya Dinasti Umayyah
Dinasti Bani Umayah mengalami masa kemunduran, di tandai dengan melemahnya system politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Di antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Seperti diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para khalifah Bani Umayah tidak ada yang dapat di andalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan denga baik. Selain itu mereka juga tidak dapat mengatasi pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayah. Sehingga sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya dinasti umayah benar-benar mengalami kehancuran atu keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah lebih kurang 46 tahun. (744-750 M).
Dalam peristiwa itu, salah seorang pewaris tahta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berusia 20 tahun, berhasil melarikan diri kedaratan Spanyol. Tokah inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah diseberang lautan yaitu di keamiran Cordova. Disana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Ada juga beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayah lemah dan membawanya pada kehancuran. Faktor-faktor itu ialah:
1. System penggantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan system penggantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Umayah tidak bias dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi dimasa Ali.
3. Pada masa bani Umayah, pertentangan etnis antara suku Arabia (Bani Qays) dan Arabia selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam makin meruncing.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggu memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayah adalah munculnya kekuatan yang di pelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib.
Sebagian besar kerajaan masih mendukung golongan umayah paling tidak secara normal, tepapi bulan januari 750 M, Marwan II sendiri dikalahkan di pertempuran Zab Hulu, sebuah anak sungai tirgis sebelah timur Mosul. Dia kemudian melarikan diri ke Mesir, sementara pasukan-pasukan Abbasyiah lambat laun menduduki kota-kota utama propinsi-propinsi di Asia dan mengambil alih pemerintahan. Mereka membunuh semua anggota keluarga bani umayyah yang berhasil mereka tawan. Akhirnya ketika mereka mencapai Mesir, sebuah kesatuan menemukan dan membunuh Marwan II (Agustus 750 M). Maka berakhirlah khilafah umayyah di Damaskus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah. Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan, pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah.
DAFTAR PUSTAKA
A Hasymy, 1975, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bula Bitang)
Musyrifah Sunato, 2010, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Preada Media)
Sou’yb,Joesoef,Sejarah DAULAT UMAYYAH II di Cordova,(Bulan Bintang,Jakarta)
As-Suyuthi, Imam., 2015, Tarikh Khulafa’. Terj. Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar)
W.montgomery watt, Kejayaan Islam, (Yogyakarta, PT. tiara wacana yogya, 1990)
http://id.M.wikipedia.org/wiki/Sulaiman_bin_Abdul_Malik, diakses pada taggal 8 September 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar